PATROLINUSANTARA.com Faktual.net – Sentul, Jawa Barat – Pdt. Niko Nyotorahardjo Memberikan Berkat Kepada Gerakan Indonesia Berdoa
Hari Sabtu 2 Nopember 2024, Panitia Doa Bagi Bangsa mendapat kehormatan duduk di kursi paling depan pada acara Menara Doa Pelayan Jemaat (MDPJ). Gedung Sentul International Convention Center (SICC) yang memiliki kapasitas 12.000 orang yang nyaris terisi penuh, bahkan ruang ekstensi terlihat dipenuhi oleh pengerja.
Pelayan Jemaat menunjukkan antusias terhadap doa, pujian dan penyembahan. Terlihat juga saat pujian penyembahan dinaikan, ratusan anak-anak muda maju kedepan panggung, menyatakan sukacita dan bersyukur kehadirat Tuhan. Kegiatan yang diisi dengan pengajaran teologi dan penyampaian pesan firman Tuhan oleh Gembala Pembina Pdt. Dr. Ir. Niko Nyotorahardjo mengenai Kunjungan ke Azusa Street Prayer Tower (APT) di Los Angeles, Kesaksian yang terjadi pada Simposium Pentakosta Ketiga, di Cleveland, Tennessee, mengenai Pentakosta ketiga adalah penuaian jiwa besar-besaran akan terjadi.
Serta tahun Ibrani 5785 sebagai Tahun Pey Hey, membawa makna mendalam tentang pentingnya mulut dan kasih karunia.
Setelah Ibadah panitia yang diwakili Pdt. Andy Markus, Pdt Suyapto Tandyawasesa, Cecilia T Sianawati, Antonius Natan, Batara Sihombing, Julfikar Nainggolan, Santoso, Danny Soepangat, Jenny Karo-Karo dan Risma Silalahi, diijinkan memasuki ruangan Pdt Niko untuk didoakan secara khusus satu persatu. Pdt. Niko Nyotorahardjo memberikan berkat kepada Gerakan Indonesia Berdoa untuk menggalang doa kesatuan gereja-gereja yang akan membawa penuaian jiwa-jiwa.
Gerakan Indonesia Berdoa
Gerakan Indonesia Berdoa adalah inisiatif yang bertujuan untuk menggalang doa bersama bagi bangsa Indonesia, khususnya menjelang Pilkada yang akan berlangsung pada 27 November 2024.
Gerakan ini mengajak masyarakat untuk berdoa demi terciptanya suasana aman dan damai selama proses pemilihan.
Tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk memohon perlindungan dan campur tangan Tuhan agar Pilkada dapat berlangsung aman, damai tanpa konflik dan kekerasan.
Dalam konteks Tahun Pey Hey, gerakan ini menjadi sangat relevan karena menekankan pentingnya doa (mulut) untuk mendapatkan kasih karunia ganda.
Dengan berdoa, diharapkan bangsa Indonesia dapat menerima berkat dan kasih karunia yang melimpah, sehingga proses demokrasi dapat berjalan dengan lancar dan damai.
Red.